Deretan Pengusaha Sukses Dalam Industri IT

Deretan Pengusaha Sukses Dalam Industri IT – Sukses berjualan makanan itu sudah biasa. Namun jika menjadi pengusaha sukses di bidang teknologi itu baru luar biasa, Karena tak semua bisa sukses dalam industri IT yang kini dikuasi oleh pasar luar negeri.

Para pengusaha sukses di bidang teknologi ini wajib diacungi jempol. Karena prestasi mereka bisa mengubah perekonomian sebagian warga di Indonesia. slot gacor

Nadiem Nakariem

Sebut saja Nadiem Nakariem, karena jasanya kini para tukang ojek yang sering disebut kelas pinggiran kini naik kelas menjadi kelas menengah karena kecanggihannya dalam menggunakan teknologi.

Dan mash ada 8 pengusaha sukses di bidang teknologi lainnya. Berikut rangkuman kisahnya:

1. Achmad Zaky (CEO Bukalapak.com)
Deretan Pengusaha Sukses Dalam Industri IT

Pria kelahiran Sragen Jawa Tengah ini memang sejak duduk dibangku sekolah dasar menyukai dunia IT. Ketekunannya dalam dunia Teknologi pun dia seriusi dengan melanjutkan studinya di Jurusa Teknik Informatika di ITB, bahkan di semester pertama dia mendapatkan IPK 4,00. americandreamdrivein.com

Selain prestasi akademis, pria kelahiran 24 Agustus 1986 ini juga aktif di organisasi, dia bahkan menjadi salah satu pencetus lahirnya Global Student Think-Tank di ITB.

Zaky juga mendirikan Entrepreneur Club ITB yang kemudian dikenal dengan Technoentrepreneur Club (TEC ITB). Ia pun aktif di Amateur Radio Club (ARC) ITB.

Karena keaktifannya dalam bidang organisasi, Zaky pernah ditawarkan mengerjakan software quickcount pemilu dengan nilai 1,5 juta untuk sebuah stasiun televisi nasional.

Setelah lulus dari ITB, ia mendirikan perusahaan jasa konsultasi teknologi bernama Suitmedia. Tak hanya itu Zaky juga pernah mencoba peruntungan dalam bisnis kuliner mie ayam namun bangkrut. Hingga dia trauma untuk membuka usaha lagi.

Memajukan Dunia

Namun rasa trauma Zaky pupus ketika dia memiliki keinginan untuk membuat sesuatu yang lebih bermanfaat bagi banyak orang. Ia ingin memajukan dunia UKM lewat dunia maya bidang keahliannya.

Ia pun membuat code base Bukalapak.com dalam waktu dua bulan. Namun sayang saat ia memasarkan kepada para pedagang di mall responnya hanya sedikit.

Respon bagus justru berasal dari pedagang kecil yang meminta bantuan agar barang dagangannya bisa laku. Sejak saat itu Zaky pun memfokuskan diri untuk menjualkan barang dagangan para UMKM secara online.

Dan kini perkembangan Bukalapak pun sangat pesat, lebih dari 10.000 pedagang yang bergabung di Bukalapak sehingga mengundang para investor untuk menanamkan modalnya di Bukalapak seperti 500 Startups, Gree venBatavia Incubator,

IMJ Investment, dan juga Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTEK Group. Dan kini Pendiri CEO Bukalapak ini masuk ke dalam tiga Teknopreneur berpengaruh di Asia.

2. Andrew Darwis – Si Peminder yang Pintar
Deretan Pengusaha Sukses Dalam Industri IT

Pemuda kelahiran 20 Juli 1979  ini memang terlahir sebagai turunan seorang pakar elektronika. Ayahnya memang berkerja sebagai seorang pakar elektronika di sebuah perusahaan pipa. Sejak kecil Andrew memang mempunyai hobi untuk mengutak-atik radio dan barang-barang elektronika lainnya.

Andrew memang dikenal sebagai anak kreatif dan agak nakal, namun semenjak tidak naik kelas pada kelas 6, anak kedua dari empat bersaudara ini berubah menjadi anak yang minder, mengurung diri dan hanya berteman dengan orang-orang tertentu.

Ketika internet belum trend di era 90an, Andrew sudah mulai mengenal internet bahkan di tahun 1997, dia sudah membuat situs web pribadi. Namun karena masih menggunakan internet dari sambungan telepon sang ibunya marah karena tagihan telponnya membengkak.

Setelah Lulus SMA

Selepas lulus SMA sesuai dengan minatnya ia pun mendaftar ke jurusan Teknik Informatika di Universitas Bina Nusantara. Dan karena dia aktif di dunia maya dia pun sudah ditawari pekerjaan pengolahan data sehingga internet dan telepon dibayar oleh perusahaan.

Tawaran lain pun datang dari pamannya yang memiliki perusahaan mebel untuk dibuatkan sebuah website untuk mempromosikan produknya. Andrew pun membuatkannya sesuai dengan permintaan dan didesain dengan semenarik mungkin. Hingga akhirnya dia diberikan seamplop uang yang berisikan puluhan juta rupiah.

Di tahun 1998, ketiga teman dekatnya Kris, Ronald dan Budi yang memang kuliah di Amerika Serikat pulang ke tanah air, mereka mengajak Andrew untuk kuliah bareng di Seatle dengan iming-iming bisa bermain internet sepuasnya dan bertemu dengan Bill Gates.

Namun karena tak memiliki uang untuk kuliah di Amerika akhirnya dirinya dipinjamkan uang oleh pamannya yang berkerja di perusahaan mebel.

Ketika kuliah di Seatle Andrew dan teman-temannya mendapt tugas pribadi yakni membuat situs pribadi. Teman-temannya pun mengisi situs pibadinya dengan pengalaman masing-masing,

Trend Di Indonesia

namun karena Andrew masa lalunya hanya diisi dengan mengurung diri makanya dia lebih memilih membuat situs sosial yang diberi nama Kaskus. Saat itu Andrew sudah mengetahui bahwa E-Commerce sedang trend di Indonesia.

Dosennya pun memberi apresiasi situs yang dibuat Andrew dan memberinya beberapa masukan. Karena termotivasi Andrew pun memutuskan untuk serius dalam menggarap Kaskus.

Dia pun mengajak kedua teman dekatnya dalam mengelola Kaskus, Ronald dan Budi. Ronald membantu untuk menerjemahkan artikel-artikel yang dibuat Andrew ke dalam Bahasa Inggris sedangkan Budi ditugaskan untuk menggunggah foto-foto acara mahasiswa yang diadakan di Seattle.

Namun pada tahun 2000, Ronald dan Budi memutuskan untuk berhenti membantu Andrew dalam mengelola Kaskus namun mereka tetap berharap Andrew bisa meneruskannya. Saat itu Kaskus belum banyak menghasilkan, bahkan untuk mendapat penghasilan tambahan,

Andrew harus berkerja sebagai pengiris tomat dan kasir di Burger King. Hingga akhirnya dia bertemu dengan saudaranya yang memang kaya, Ken Lawadinata, yang menjadi CEO Kaskus.

Dan di tahun 2008, bersama Ken, Andrew membawa pulang Kaskus ke Indonesia dengan lokasi pertama kali di Mangga Besar hanya memiliki dua orang karyawan. Namun kini di bawah naungan PT Darta Media Indonesia, pegawai Kaskus sudah bertambah hingga 60 orang.

Sejak tahun 2009, KASKUS menjadi pemain penting di ranah online Indonesia. KASKUS menerima banyak penghargaan diantaranya “The Best Innovation in Marketing” dan “The Best Market Driving Company” oleh Marketing Magazine, dan “The Greatest Brand of the Decade” (2009-2010) oleh Mark Plus Inc.

KASKUS dengan bangga berada di peringkat 1 untuk kategori situs komunitas, dan merupakan situs lokal nomor 1 di Indonesia, menurut Alexa. Dan kini member Kaskus sudah mencapai lebih dari 7,8juta orang.

3. Nadiem Makarim, Membuat Aplikasi GO-JEK Karena Ingin Membantu Tukang Ojek

Namanya sering disebut seiring dengan tenarnya GO-JEK di tanah air. Pria kelahiran 4 Juli 1984 ini membangun perusahaan teknologi untuk kebutuhan transportasi tanah air karena melihat para tukang ojek yang seharian menunggu penumpang namun tak ada juga.

Sejingga dia iba, ingin membantu para tukang ojek untuk mendapatkan penumpangnya. Dan ternyata idenya ampuh bahkan inovasinya kini bisa mengangkat derajat para tukang ojek yang dulunya dikenal dengan kelas menengah ke bawah.

Kini para tukang ojek yang biasanya hanya mendapatkan pelanggan maksimal 7 orang perharinya namun sekarang bisa mencapai 10 hingga 20 orang. Bahkan para tukang ojek bukan hanya bisa mengantarkan paket namun juga barang dan makanan yang dipesan oleh pelanggan.

4. Danny Wirianto, Si Anak Nakal yang Berprestasi di Semut Api

Siapa sangka jika seorang anak nakal yang tidak naik kelas dua kali, bahkan pernah tergabung dalam geng motor justru bisa menjadi anak yang berprestasi di masa dewasanya. Itulah Danny Wirianto atau lebih dikenal dengan Dany Oei.

Danny yang saat merasa hidupnya menjadi lebih buruk jika terus-terusan berada di lingkungan yang tidak sehat akhirnya memutuskan untuk hijrah ke Amerika dan memulai hidupnya dari nol. Danny mengambil kuliah jurusan seni rupa di Amerika, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dia pun mengambil kerja sabagai Office Boy.

Namun karena dia mendapatkan lebih banyak uang dari mengajar akhirnya dia memutuskan berhenti menjadi OB dan memilih fokus mengajar.  Hingga akhirnya dia lulus kuliah dan mendaptkan penghargaan dari tempat kuliahnya karena memenangkan penghargaan dari kompetisi yang mengubahnya menjadi lebih baik.

Setelah lulus kuliah, Danny pun mulai mengirimkan lamaran pekerjaan ke berbagai perusahaan namun karena biaya untuk mencetak portofolionya besar dia pun mulai memutar otk untuk menyakikan portofolionya dalam bentuk yang lebih ringkas sehingga mudah disajikan ke perusahaan yang dituju.

Saat itu di tahun 1997, internet masih baru di Indonesia, hingga akhirnya Danny mempelajari internet dan menemukan sebuah buku yang berjudul “HTML for Dummies yang mengajarinya mengenai seluk beluk dunia internet.

Dari sanalah Danny mampu menyajikan portofolionya dalam bentuk soft copy hingga dia mendapat panggilan dari adobe yang tertarik dengan karyanya dalam membuat situs dan ketrampilannya menggunakan photoshop.

Ketika berkerja di Adobe, Danny pun banyak melakukan inovasi salah satunya dengan membuat agen periklanan yang bernama semut api colony yang kini sukses menjadi startup periklanan yang banyak memperoleh penghargaan sebagai agensi terbaik.

Selain berhasil di semutapi, prestasi Dannya yang lain adalah keberhasilannya mengubah Kaskus yang tadinya lebih monoton ke situs dewasa namun diubah menjadi situs yang bergaya anak muda,

hingga penggunanya naik hingga 300%.  Selain  Danny pun telah membuat media sosial asli Indonesia bernama Mindtalk.

5. Ferry Unardi, Traveloka

Berbeda dari founder lainnya yang mempunyai pengalaman dalam bidang enterprenuer, Ferry justru tak ada. Dia hanya berbekal keahliannya dalam dunia IT. Ketika kuliah dia mengambil jurusan Matematika dan pernah berkerja di Microsoft.

Sebenarnya untuk mendirikan sebuah strat up tak pernah muncul dibenaknya hingga tiga tahun setelah dia berkerja di perusahaan besar yang didirikan oleh Bill Gates tersebut.

Dibenaknya saat itu sepertinya tak mungkin bisa menjadi engineer terbaik hingga dia memutuskan untuk mencari pengalaman lain. Dia pergi ke China untuk melihat apa yang dibutuhkan pasar saat itu.

Dia pun melihat bahwa industri travel yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat saat ini. Namun ide itu baru akan muncul setelah beberapa tahun kemudian.

Hal itu  berawal saat Fery yang saat itu berkerja sebagai mahasiswa di Boston dan karyawan di Seatle, ferry sering kesulitan untuk pulang kampung ke Padang.

Dia pun sering  merasa jengkel karena kesulitan dalam memesan pesawar dan selalu kesulitan dalam memperkirakan rutenya, Sehingga Ferry yang saat itu baru berusia 23 tahun memutuskan untuk keluar dan membuat sebuah aplikasi startup reservasi tiket yang kini namanya tenar bernama Traveloka.

Keputusan ferry untuk keluar dari zona nyaman ternyata justru membawa peruntungan. Dirinya menjadi salah satu dari tiga orang teknopreneur Indonesia yang berpengaruh di Asia. Karena aplikasi pelayanan transportasi miliknya banyak yang berminat termasuk warga dari mancanegara yang tinggal di Asia.

6. Jason Lamuda, Berhasil Ciptakan Berybenka menjadi Situs Fashion Terbesar di Indonesia

Nama jason Lamuda memang tak setenar dengan e-Commerce buatanya yakni Dusdus, sebuah website  Daily Deals yang market sharenya 80-85% dan sempat merajai transaksi di Klik BCA. Namun sayang Disdus telah diakuisisi Groupon tahun 2011.

Meskipun begitu Jason tetap membuat aplikasi yang hampir sama dengan Dusdus yang bernama Berybenka, sebuah shoponline yang menurut salah satu situs online mengenai startup Tech in Asia, Berybenka telah berhasil menjadi situs fashion terbesar di indonesia di tahun 2015.

Bahkan kini Berybenka telah mendapatkan suntikan dana dari East Ventures, Gree Ventures dan Transcosmos dengan nilai  investasi minimal US$5juta. Situs yang kebanyakan menjual busana wanita ini juga telah berhasil berkolaborasi dengan lebih dari 250 merek fashion lokal.

7. Natali Ardianto, Si Introvert yang Sukses Menjadi Teknopreneur

Siapa sangka jika seorang Natalie Ardinato dulunya seorang yang tak ramah dan intovert namun sikap buruknya tersebut kini semakin memudar seiring dengan waktu. CTO Tiket.com ini menyukai industri IT sejak dia duduk di bangku sekolah dasar. Kemudian kesukaannya tersebut dia lanjutkan hingga duduk di bangku SMA.

Di bangku kuliah. Natalie pun mulai menekuni minatnya di industri IT yang berkuliah di Universitas Indonesia jurusan Ilmu Komputer, tahun 1999-2004. Kemudian dilanjutkan dengan kuliah di Program Master Teknologi Informasi UI.

Hobinya menekuni dunia IT pun dia praktekkan dengan mengerjakan proyek-proyek freelance, sebagai web developer situs-situs lokal. Dia juga pernah tergabung dalam perusahaan digital dengan mengerjakan website-website Jerman. Hingga mendapatkan uang sebesar 5000 Euro namun kuliahnya terbengkalai.

Meski begitu, Natalie tidak pernah menyesalinya justru karena dirinya sudah berkerja ketika kuliah, saat lulus dia sudah memiliki pengalaman tak mulai dari nol lagi.

Meski begitu, ayah dua orang putri ini pernah mengalami kegagalan. Sebelum mendirikan Tiket.com pernah dua kali mendirikan startup yaitu Urbanesia dan Golfnesia. 

Kegagalan mendirikan dua startup tersebut justru menjadikan pelajaran, kini Tiket .com yang didirikan oleh Natali Ardianto, Wenas Agusetiawan, Dimas Surya Saputra,dan Gaery Undarsa menjadi salah satu penjual tiket online yang sukses di Indonesia.